[“Pelan tapi pasti kapitalis/pemilik
modal dari pihak asing, masuk ke indonesia. Mereka masuk dengan gelombang dana besar
ke semua lini investasi, kepemilikan saham perusahaan, proyek infrastruktur,
pembelian obligasi (Surat pernyataan hutang) dan berbagai rupa bentuk investasi
lainnya. Disatu sisi modal besar mampu menggerakkan roda ekonomi negara kita. Disatu
sisi mereka mengeruk untung atas dasar kepemilikan modal tersebut. Secara tidak
langsung kita terjajah oleh kapitalis” – Sulaiman A.W ]
Tokopedia baru saja mendapatkan
pendanaan baru pada 12 desember 2018. Pendanaan terbaru itu menjadikan valuasi
perusahaan digital start-up itu bernilai US$ 7 milliar ( atau sekitar Rp101
triliun). Penulis kaget membaca berita yang dituliskan id.techninasia.com. Bayangkan Rp101 triliun itu setara dengan
sepertiga dari nilai perusahaan unilever (valuasi unilever diangka Rp 300
triliunan).
Unilever adalah perusahaan yang
didirikan pada tahun 1933. Produk unilever sehari-hari kita konsumsi. Produk unilever
sebut saja sunsilk, pepsodent, lux, lifebouy, dove, clear, rexona, vaseline,
sari wangi, rinso, molto, walls, blueband, bango, royco dan lain-lain. Pantaskan
perusahaan unilever bernilai Rp300 triliun. Bandingkan unilever dengan
tokopedia yang baru didirikan pada tahun 2009. Tahun 2009 tokopedia berdiri dan
nilai tokopedia sudah sepertiga dari unilever yang dibangun bertahun-tahun.
Penulis tentu bangga dengan
Tokopedia, tokopedia didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha
Edison. Sebenarnya ada satu nama lagi yang jarang diangkat media dia adalah
Victor Fungkong. Pada awal didirikan tokopedia menggunakan dana pribadi Victor
yang notabene adalah pemilik indocom group. Pada 6 februari 2009 akta
perusahaan PT Tokopedia lahir. Dengan mengucurkan dana awal 2,4 milyar di akta
PT Tokopedia tercatat victor pemilik 80% saham. Sisanya masing-masing 10%
adalah milik William dan Leontinus.
Jadi 100% benar tokopedia adalah
asli buatan anak bangsa. Victor, William dan Leontinus adalah founder dari
tokopedia. Tapi kini perusahaan itu bukan lagi sepenuhnya milik anak bangsa. Gelombang
modal yang memasuki tokopedia menjadikan perusahaan digital tersebut tak lagi
milik Victor, William dan Leontinus. Gelombang modal dari perusaahaan luar
negeri telah mendelusi saham mereka. Karena tentu modal besar dari perusahaan
harus ditukar dengan saham.
Ini beberapa nama pemegang saham
di tokopedia yang penulis himpun dari techinasia.id
1. Radiant pioneer dan radiant
trinity – 12,2 %
2. Alibaba melalui taobao – 25%
3. Sofbank – 40%
Data lain tidak diketahui tapi
William dan Leontinus kini memiliki masing-masing saham sebesar 2,6%. Bisa jadi
saham milik Fukong Victor juga terdelusi menjadi 10%.
Inilah yang harus kita pahami
bersama, bahwa yang dulunya karya anak bangsa kini tak lagi menjadi milik anak
bangsa. Namun saya paham betul bahwa untuk membesarkan suatu perusahaan kita
butuh modal. Saham adalah cara paling baik dalam sebuah langkah korporasi. Dibanding
bila perusahaan meminjam uang pada lembaga keuangan. Karena jika meminjam
resiko pailit menjadi besar, jika perusahaan yang meminjam gagal bayar aset
perusahaan bisa disita dan perusahaan dinyatakan bangkrut atau pailit. Sementara
sistem saham adalah mengikutkan pemegang saham pada resiko untung dan rugi. Kalau
untung dibagi (dalam bentuk capital gain dan deviden), kalau rugi sama
ditanggung.
Gelombang modal jugalah yang
membuat kita secara tidak langsung terjajah oleh pihak asing. Untuk bertumbuh perusahaan-perusahaan
besar maupun perusahaan rintisan menerima modal dari mana saja. Tak terkecuali dari
pihak asing. Maka lewat tulisan ini penulis ingin mengajak kita sebagai tuan
rumah di negara indonesia untuk turut serta melawan gelombang modal asing
tersebut.
Cara melawan modal (capital) asing gimana? Menurut penulis
ada beberapa langkah. Yang pertama harus belajar mengenai permodalan. Yang kedua
praktek atau mulai investasi. yang ketiga tak berhenti belajar. Proses belajar
haruslah dilakukan terus menerus.
Kenapa investasi pada perusahaan
terbuka ( yang listing di bursa efek indonesia) maupun perusahaan private
menjadi penting? Karena perusahan-perusahaan yang beroperasi di indonesia itu
sebaiknya menjadi milik masyarakat banyak. Milik kita sebagai tuan rumah,
pemilik negara indonesia tercinta ini.
Perlawanan kita tak selesai
setelah merdeka saja. Kini kita tetap harus melawan.
“Ini tanah airmu, disini kita bukan turis” – Wiji Thukul
No comments:
Post a Comment