Laman

Saturday, April 13, 2019

Teruntuk Amna


Assalamualaikum.
Teruntuk yang tersayang, adikku.
Amna Maharani.

Apa kabar dek? Sehat selalu semoga.
Sebelum jauh surat ini menyusulmu ke negara yang berambisi kuat, negara yang jadi tempat revolusi industri bergerak. Negara yang memisahkan raga dari tatap lembut ibumu, atau peluk mesra ayahmu, atau manja adikmu. Negara yang akan menguatkan perlawananmu akan nasib, sebuah  hal baik yang sudah digariskan Allah S.W.T . Sebuah Negara yang aku rasa akan memberikan banyak hal untukmu. Sebelum  semua itu aku ingin kau tau, semangat yang membawamu ke sana. Katakanlah sebuah ucapan doa, sebuah pemikiran, sebuah sikap. Itu adalah semangat yang kau kobarkan kemana-mana. Aku selalu bangga akan semangat dan senyum manismu itu.
Empat musim semoga berbicara banyak hal. Tentang udara yang mudah berubah. Tapi makanannya apakah cocok dengan perutmu? Kau perlu banyak minum air putih dan sayuran. Akal sehat datang dari tubuh yang kuat. Jadi jangan lupa, minum banyak air putih dan makan sayuran.
Semua hal mungkin sedikit saja yang bisa kita diskusikan. Apakah itu duka? Atau suka? Aku tak selalu mengetahuinya. Tapi selama kau ingat, kau adalah sesuatu yang kuat. Pohon yang bertahan pada empat musim, tumbuh, berdahan, berdaun berbuah manis. Butuh waktu, ketahanan, kesabaran hingga ia bermanfaat bagi sekitar. Beberapa pohon tumbuh sampai ratusan tahun, memberi oksigen, buah, kesejukan dan beberapa cerita menarik. Pohon makhluk hidup pendiam yang lebih hidup dari sekedar manusia, ia bermanfaat.
Kita bukan pohon, kita tanah adikku. Jadi bertahanlah, bersabar, lihat ke dalam dirimu, lihat sekitar ada sesuatu yang membuat kau mempunyai nilai. Sebuah nilai yang menopang semangat dan senyum manismu, itu adalah tentang tujuan kita, setidaknya tanah seperti kita akan berjuang untuk sebuah kemanfaatan. Manfaat pada tubuh sendiri, keluarga, masyarakat sekitar, dunia dan semesta.
Aku berdo’a untukmu, adik kecil yang memiliki perlawanan besar. Bagaimana mereka menjelajahi dunia? Mereka mengarungi laut adikku. Bagaimana tokoh itu menjadi sejarah? Mereka memiliki idealisme. Bagaimana ia menjadi tanah? Ia terus bertanya dan belajar, bahwa sesuatu yang bukan kepunyaannya akan kembali pada pemiliknya.
Sementara kita hanya perlu terus berjuang. Kau berjuanglah. Setidaknya pastikan kalau nyala api di dadamu tak perlu padam. Bahwa senyum manismu itu adalah bentuk syukur. Bahwa aku kakak yang selalu mencintaimu.


Bintuhan, 4 April 2019
Sulaiman A.W 

No comments:

Post a Comment