Assalamualaikum.
Teruntuk yang tersayang, adikku.
Amna Maharani.
Teruntuk yang tersayang, adikku.
Amna Maharani.
Apa kabar dek? Sehat selalu
semoga.
Sebelum jauh
surat ini menyusulmu ke negara yang berambisi kuat, negara yang jadi tempat
revolusi industri bergerak. Negara yang memisahkan raga dari tatap lembut
ibumu, atau peluk mesra ayahmu, atau manja adikmu. Negara yang akan menguatkan
perlawananmu akan nasib, sebuah hal baik
yang sudah digariskan Allah S.W.T . Sebuah Negara yang aku rasa akan memberikan
banyak hal untukmu. Sebelum semua itu
aku ingin kau tau, semangat yang membawamu ke sana. Katakanlah sebuah ucapan
doa, sebuah pemikiran, sebuah sikap. Itu adalah semangat yang kau kobarkan
kemana-mana. Aku selalu bangga akan semangat dan senyum manismu itu.
Empat musim
semoga berbicara banyak hal. Tentang udara yang mudah berubah. Tapi makanannya
apakah cocok dengan perutmu? Kau perlu banyak minum air putih dan sayuran. Akal
sehat datang dari tubuh yang kuat. Jadi jangan lupa, minum banyak air putih dan
makan sayuran.
Semua hal
mungkin sedikit saja yang bisa kita diskusikan. Apakah itu duka? Atau suka? Aku
tak selalu mengetahuinya. Tapi selama kau ingat, kau adalah sesuatu yang kuat.
Pohon yang bertahan pada empat musim, tumbuh, berdahan, berdaun berbuah manis.
Butuh waktu, ketahanan, kesabaran hingga ia bermanfaat bagi sekitar. Beberapa
pohon tumbuh sampai ratusan tahun, memberi oksigen, buah, kesejukan dan
beberapa cerita menarik. Pohon makhluk hidup pendiam yang lebih hidup dari
sekedar manusia, ia bermanfaat.
Kita bukan
pohon, kita tanah adikku. Jadi bertahanlah, bersabar, lihat ke dalam dirimu,
lihat sekitar ada sesuatu yang membuat kau mempunyai nilai. Sebuah nilai yang
menopang semangat dan senyum manismu, itu adalah tentang tujuan kita,
setidaknya tanah seperti kita akan berjuang untuk sebuah kemanfaatan. Manfaat
pada tubuh sendiri, keluarga, masyarakat sekitar, dunia dan semesta.
Aku berdo’a
untukmu, adik kecil yang memiliki perlawanan besar. Bagaimana mereka
menjelajahi dunia? Mereka mengarungi laut adikku. Bagaimana tokoh itu menjadi
sejarah? Mereka memiliki idealisme. Bagaimana ia menjadi tanah? Ia terus
bertanya dan belajar, bahwa sesuatu yang bukan kepunyaannya akan kembali pada
pemiliknya.
Sementara kita
hanya perlu terus berjuang. Kau berjuanglah. Setidaknya pastikan kalau nyala
api di dadamu tak perlu padam. Bahwa senyum manismu itu adalah bentuk syukur.
Bahwa aku kakak yang selalu mencintaimu.
Bintuhan, 4 April 2019
Sulaiman A.W